Uang dan sifat rakus manusia selalu berjalan beriringan. Maka dari itu tidaklah aneh banyak kasus penipuan investasi yang terjadi di seluruh dunia, meskipun banyak negara yang sudah punya hukum untuk mengatur investasi.
Perusahaan publik atau terbuka (terdaftar di pasar modal), berharap bisa lebih transparan kepada masyarakat sehingga tidak akan terjadi penipuan. Sayangnya, tidak semudah itu, banyak kasus penipuan dan penggelapan uang terjadi di perusahaan model ini.
Beberapa kasus di bawah ini, seperti dikutip dari Investopedia, Rabu (20/2/2013), termasuk ke dalam penipuan investasi yang terbesar sepanjang sejarah dunia. Sayangnya, banyak korban yang sama sekali tidak menyangka bahwa investasinya itu bodong.
Bahkan, ada salah satu perusahaan asing yang menggunakan nama dan wilayah Indonesia untuk penipuannya. Penasaran dengan perusahaan jahat tersebut? Silahkan simak Rangkuman di bawah ini
Reputasi broker saham asal Amerika Serikat (AS) ini sudah terjun bebas gara-gara skandal penipuannya yang dimulai sejak 1980. Saat itu, perusahaan mulai menuliskan cek dengan jumlah uang yang jauh melebihi arus kas, sebuah strategi penipuan yang dikenal dengan check kiting.
Hutton menggunakan cara ini untuk memutar uang US$ 250 juta bebas bunga per hari. Hingga pada 1985, perusahaan mengaku bersalah karena telah menipu 2.000 nasabahnya yang melakukan pengaduan.
Karena sudah mengaku salah, Hutton tidak ditutup dan tetap bisa menjalankan bisnis seperti biasa. Bahkan, sama sekali tidak ada direksi yang dihukum saat itu.
Barry Minkow, pemilik perusahaan pembersih karpet ZZZZ Best Inc., melakukan kampanye kepada beberapa investor yang intinya adalah, ZZZZ akan menjadi "General Motor-nya pembersih karpet."
Ia pun mulai berlaga seperti orang yang sedang membangun perusahaan bernilai jutaan dolar, salah satunya dengan memalsukan ribuan dokuman dan berkas penjualan. Pada akhirnya, perusahaan bisa menarik banyak investor sampai-sampai bisa mengumpulkan dana hingga US$ 50 juta (Rp 475 miliar).
Pada akhirnya, perusahaan milik Minkow ini terpaksa ditutup pada 1988, setelah ia ketahuan hanya mengumpulkan dana investor tanpa investasi yang jelas, mirip dengan skema Ponzi.
Perusahaan ini sempat jadi primadona di Wall Street pada 1996, saat sahamnya melonjak 451% ke Rp US$ 55,5 per lembar, dan menjadi saham berkinerja terbaik di Bursa New York pada tahun yang sama.
Pasalnya, perusahaan memalsukan angka penjualan memory card PC terbaru mereka dengan omzet senilai US$ 40 juta hanya dalam jangka waktu dua tahun. Setelah perusahaan terbukti berbohong, sebanyak 20.000 investor kehilangan dana investasinya hanya dalam waktu singkat.
Perusahaan asal Kanada menggunakan salah satu wilayah di Indonesia untuk penipuannya. Pada 1993, perusahaan membeli konsesi tambang di Busang, Kalimantan, dan melaporkan cadangan emas lebih dari 200 juta ounce.
Sahamnya langsung meroket, dari yang awalnya kurang dari US$ 1 menjadi ratusan dolar per lembar hanya dalam waktu singkat, membuat banyak investornya jadi kaya raya dalam semalam.
Sayangnya, pesta ini harus berakhir pada 1997 setelah kandungan emas di tambang tersebut terbukti dipalsukan. Bahkan, sebenarnya tambang tersebut juga tidak punya cadangan sama sekali.
Banyak investor yang sempat kaya raya akhirnya jatuh miskin hanya dalam sekejap. Dua pihak yang kehilangan dana dalam jumlah besar adalah perusahaan dana pensiun asal AS, yaitu Quebec dan Ontario.
Perusahaan energi yang bermarkas di Houston ini pernah menjadi perusahaan dengan omzet terbesar ketujuh di AS. Berkart kepintarannya dalam merekayasa akunting yang melibatkan laporan kinerja anak-anak usahanya, perusahaan bisa menyembunyikan utang ratusan juta dolar. Hebatnya lagi, utang itu malah bisa ditulis di pos pendapatan dalam buku laporan kinerjanya.
Ketika SEC melakukan penyelidikan di 2001, ditemukan bahwa sebenarnya perusahaan ini sudah di ambang kebangkrutan. Akhirnya, sahamnya pun jatuh dari US$ 90 per lembar menjadi hanya US$ 0,7 per lembar. Ribuan karyawan Enron kehilangan uang investasi dan dana pensiun, sementara investor merugi hingga miliaran dolar.
Raksasa telekomunikasi ini berada dalam pengawasan ketat setelah sempat ketahuan memakai dana operasionalnya untuk berinvestasi. Sebanyak US$ 3,8 miliar dana yang seharusnya dipakai untuk menjalankan bisnis malah diputar melalui investasi di tempat lain demi menggenjot omzet.
Ketika akhirnya ketahuan tidak menjalankan bisnis dengan baik, sebanyak 10.000 karyawan terpaksa dirumahkan, dan banyak investor yang mengalami kerugian masif melalui anjloknya harga saham perusahaan dari US$ 60 menjadi kurang dari US$ 0,2 per lembar.
Tyco pernah menjadi perusahaan yang sahamnya dianggap sebagai blue chip paling aman dan menguntungkan. Apalagi, kala itu perusahaan masih sehat dengan berbagai produknya, mulai dari komponen elektronik, berbagai alat kesehatan dan keselamatan kerja.
Semua itu mulai berubah ketika CEO Dennis Kozlowski mulai mengeruk kekayaan perusahaan melalui pinjaman lunak dan kepemilikan saham. Dengan bantuan CFO Mark Swartz and CLO Mark Belnick, Kozlowski mendapatakan pinjaman tanpa bunga senilai US$ 170 juta (Rp 1,6 triliun) tanpa persetujuan pemegang saham.
Kozlowski dan Belnick juga mengatur penjualan 7,5 juta lembar saham Tyco saham yang dilaporkan nilainya mencapai US$ 450 juta (Rp 4,2 triliun), juga tanpa persetujuan pemegang saham. Setelah skandal ini muncul ke permukaan, saham Tyco terjun bebas lebih dari 80% hanya dalam waktu satu bulan setengah.
Perusahaan kabel ini sempat menjadi perusahaan terbesar kelima di AS. Perusahaan ini mulai jatuh ketika tiga pendirinya bersama dua eksekutif lain terbukti melakukan beberapa konspirasi, kecurangan dan penipuan finansial dan diberi hukuman oleh otoritas setempat.
Setelah dihukum membayar denda oleh SEC, perusahaan akhirnya bangkrut dan membiarkan banyak investor gigit jari.
HealthSouth pernah menjadi salah satu penyedia jasa kesehatan paling besar di AS pada 1996 berkat pertumbuhannya yang pesat dan gencarnya akuisisi sepanjang dekade 90-an.
Sayangnya, CEO sekaligus pendiri HealthSouth, Richard Scrushy, masih belum puas dengan pertumbuhan ini. Ia meminta para karyawan senior beserta akuntannya untuk mengotak-atik omzet dan laba supaya lebih tinggi di laporan keuangan.
Skandal ini berlangsung sampai 2003, ketika SEC terbukti melakukan penggelembungan omzet hingga sebanyak US$ 1,4 miliar (Rp 13,3 triliun). Sahamnya pun jatuh dari US$ 20 menjadi hanya US$ 0,45 per lembar hanya dalam satu hari.
Mantan komisaris Nasdaq yang juga pendiri perusahaan broker Bernard L. Madoff Investment Securities, Bernard Madoff, dilaporkan kepada pihak berwenang oleh kedua anaknya sendiri. Ia pun ditangkap pada 11 Desember 2008 atas tuduhan melakukan skema Ponzi.
Pria berumur 70 tahun ini menutupi kerugian investor lama di perusahaannya dengan uang setoran dari investor baru. Dengan cara ini, ia bisa mendapatkan memberikan imbal hasil 11% per tahun dalam 15 tahun terakhir.
Strategi Madoff ini berhasil menggaet banyak investor, terutama karena bualan Madoff atas risikonya yang rendah. Selama masa penipuannya, ia berhasil mengumpulkan dana investor senilai US$ 50 miliar (Rp 475 triliun).
Perusahaan publik atau terbuka (terdaftar di pasar modal), berharap bisa lebih transparan kepada masyarakat sehingga tidak akan terjadi penipuan. Sayangnya, tidak semudah itu, banyak kasus penipuan dan penggelapan uang terjadi di perusahaan model ini.
Beberapa kasus di bawah ini, seperti dikutip dari Investopedia, Rabu (20/2/2013), termasuk ke dalam penipuan investasi yang terbesar sepanjang sejarah dunia. Sayangnya, banyak korban yang sama sekali tidak menyangka bahwa investasinya itu bodong.
Bahkan, ada salah satu perusahaan asing yang menggunakan nama dan wilayah Indonesia untuk penipuannya. Penasaran dengan perusahaan jahat tersebut? Silahkan simak Rangkuman di bawah ini
10. 1985: EF Hutton
Hutton menggunakan cara ini untuk memutar uang US$ 250 juta bebas bunga per hari. Hingga pada 1985, perusahaan mengaku bersalah karena telah menipu 2.000 nasabahnya yang melakukan pengaduan.
Karena sudah mengaku salah, Hutton tidak ditutup dan tetap bisa menjalankan bisnis seperti biasa. Bahkan, sama sekali tidak ada direksi yang dihukum saat itu.
9. 1986: ZZZZ Best Inc.
Ia pun mulai berlaga seperti orang yang sedang membangun perusahaan bernilai jutaan dolar, salah satunya dengan memalsukan ribuan dokuman dan berkas penjualan. Pada akhirnya, perusahaan bisa menarik banyak investor sampai-sampai bisa mengumpulkan dana hingga US$ 50 juta (Rp 475 miliar).
Pada akhirnya, perusahaan milik Minkow ini terpaksa ditutup pada 1988, setelah ia ketahuan hanya mengumpulkan dana investor tanpa investasi yang jelas, mirip dengan skema Ponzi.
8. 1996: Centennial Technologies Inc.
Pasalnya, perusahaan memalsukan angka penjualan memory card PC terbaru mereka dengan omzet senilai US$ 40 juta hanya dalam jangka waktu dua tahun. Setelah perusahaan terbukti berbohong, sebanyak 20.000 investor kehilangan dana investasinya hanya dalam waktu singkat.
7. 1997: Bre-X Minerals
Sahamnya langsung meroket, dari yang awalnya kurang dari US$ 1 menjadi ratusan dolar per lembar hanya dalam waktu singkat, membuat banyak investornya jadi kaya raya dalam semalam.
Sayangnya, pesta ini harus berakhir pada 1997 setelah kandungan emas di tambang tersebut terbukti dipalsukan. Bahkan, sebenarnya tambang tersebut juga tidak punya cadangan sama sekali.
Banyak investor yang sempat kaya raya akhirnya jatuh miskin hanya dalam sekejap. Dua pihak yang kehilangan dana dalam jumlah besar adalah perusahaan dana pensiun asal AS, yaitu Quebec dan Ontario.
6. 2001: Enron
Perusahaan energi yang bermarkas di Houston ini pernah menjadi perusahaan dengan omzet terbesar ketujuh di AS. Berkart kepintarannya dalam merekayasa akunting yang melibatkan laporan kinerja anak-anak usahanya, perusahaan bisa menyembunyikan utang ratusan juta dolar. Hebatnya lagi, utang itu malah bisa ditulis di pos pendapatan dalam buku laporan kinerjanya.
Ketika SEC melakukan penyelidikan di 2001, ditemukan bahwa sebenarnya perusahaan ini sudah di ambang kebangkrutan. Akhirnya, sahamnya pun jatuh dari US$ 90 per lembar menjadi hanya US$ 0,7 per lembar. Ribuan karyawan Enron kehilangan uang investasi dan dana pensiun, sementara investor merugi hingga miliaran dolar.
5. 2002: Worldcom
Ketika akhirnya ketahuan tidak menjalankan bisnis dengan baik, sebanyak 10.000 karyawan terpaksa dirumahkan, dan banyak investor yang mengalami kerugian masif melalui anjloknya harga saham perusahaan dari US$ 60 menjadi kurang dari US$ 0,2 per lembar.
4. 2002: Tyco International
Semua itu mulai berubah ketika CEO Dennis Kozlowski mulai mengeruk kekayaan perusahaan melalui pinjaman lunak dan kepemilikan saham. Dengan bantuan CFO Mark Swartz and CLO Mark Belnick, Kozlowski mendapatakan pinjaman tanpa bunga senilai US$ 170 juta (Rp 1,6 triliun) tanpa persetujuan pemegang saham.
Kozlowski dan Belnick juga mengatur penjualan 7,5 juta lembar saham Tyco saham yang dilaporkan nilainya mencapai US$ 450 juta (Rp 4,2 triliun), juga tanpa persetujuan pemegang saham. Setelah skandal ini muncul ke permukaan, saham Tyco terjun bebas lebih dari 80% hanya dalam waktu satu bulan setengah.
3. 2002: Adelphia
Setelah dihukum membayar denda oleh SEC, perusahaan akhirnya bangkrut dan membiarkan banyak investor gigit jari.
2. 2003: HealthSouth Corporation
Sayangnya, CEO sekaligus pendiri HealthSouth, Richard Scrushy, masih belum puas dengan pertumbuhan ini. Ia meminta para karyawan senior beserta akuntannya untuk mengotak-atik omzet dan laba supaya lebih tinggi di laporan keuangan.
Skandal ini berlangsung sampai 2003, ketika SEC terbukti melakukan penggelembungan omzet hingga sebanyak US$ 1,4 miliar (Rp 13,3 triliun). Sahamnya pun jatuh dari US$ 20 menjadi hanya US$ 0,45 per lembar hanya dalam satu hari.
1. 2008: Bernard Madoff
Pria berumur 70 tahun ini menutupi kerugian investor lama di perusahaannya dengan uang setoran dari investor baru. Dengan cara ini, ia bisa mendapatkan memberikan imbal hasil 11% per tahun dalam 15 tahun terakhir.
Strategi Madoff ini berhasil menggaet banyak investor, terutama karena bualan Madoff atas risikonya yang rendah. Selama masa penipuannya, ia berhasil mengumpulkan dana investor senilai US$ 50 miliar (Rp 475 triliun).